Kampanyesehat- Kulit yang putih dan bersih masih menjadi dambaan banyak perempuan di Indonesia. Tak cukup dengan produk kosmetik yang mengandung pemutih, saat ini juga ada terapi instan yang diklaim mampu memutihkan seluruh bagian tubuh.
Salah satu terapi yang dalam beberapa tahun terakhir ini populer adalah suntik vitamin C. Jika dilakukan rutin, suntik vitamin C dengan dosis kurang lebih 2000 mg sekali suntik bisa membuat kulit menjadi lebih lembab dan putih.
Ada juga metode suntik DNA atau terapi plasma darah untuk menghilangkan flek hitam di wajah.
Menurut Rachel Djuanda, dokter spesialis kulit dan kelamin, pada dasarnya penyuntikan dengan vitamin C akan membuat kulit terlihat lebih cerah.
"Bukan lebih putih, tapi mencerahkan. Seperti halnya foundation yang punya level warna, maka kalau dilakukan terapi dengan vitamin C paling naik satu atau dua level warna kulitnya, enggak mungkin ekstrim putihnya," katanya.
Rachel menjelaskan, mencerahkan kulit wajah merupakan prosedur yang biasa, namun untuk mencerahkan seluruh badan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
"Apalagi kalau harus disuntikkan ke tubuh. Kita harus benar-benar tahu apa isi obatnya, karena ada dosisnya juga," ujar dokter dari RS.Bunda Menteng Jakarta ini.
Ia juga menyarankan agar kita tak mudah tergiur iming-iming instan memutihkan kulit. "Sekarang memang ada banyak metode, misalnya suntik DNA atau pakai obat herbal. Tapi literatur ilmiahnya masih kurang, jadi harus sangat hati-hati," paparnya.
Proses mencerahkan kulit, urai Rachel, dilakukan dengan menghambat pembentukan pigmen kulit. "Padahal pembentukan pigmen kulit terus menerus terjadi. Kalau terkena sinar matahari pembentukannya memang lebih banyak, fungsinya untuk melindungi tubuh dari risiko kanker," katanya.
Obsesi memiliki kulit putih, menurut Rachel justru berbahaya. "Hati-hati kalau ingin memutihkan kulit satu badan, risiko kanker kulitnya lebih tinggi, apalagi kita hidup di negara tropis," katanya.
Kulit putih seperti milik orang-orang di negara Barat, memiliki risiko kanker lebih tinggi. "Kalau kulit berwarna lebih terlindungi. Coba lihat orang Bule, kalau kena sinar matahari kulitnya bukan menghitam tapi jadi merah," ujarnya.
Karenanya orang yang sudah melakukan terapi pemutihan kulit harus ekstra hati-hati menjaga kulitnya dari paparan sinar matahari. "Harus pakai sunblock terus dan sebisa mungkin berada di dalam ruangan," katanya.
sumber : kompas.com
Salah satu terapi yang dalam beberapa tahun terakhir ini populer adalah suntik vitamin C. Jika dilakukan rutin, suntik vitamin C dengan dosis kurang lebih 2000 mg sekali suntik bisa membuat kulit menjadi lebih lembab dan putih.
Ada juga metode suntik DNA atau terapi plasma darah untuk menghilangkan flek hitam di wajah.
Menurut Rachel Djuanda, dokter spesialis kulit dan kelamin, pada dasarnya penyuntikan dengan vitamin C akan membuat kulit terlihat lebih cerah.
"Bukan lebih putih, tapi mencerahkan. Seperti halnya foundation yang punya level warna, maka kalau dilakukan terapi dengan vitamin C paling naik satu atau dua level warna kulitnya, enggak mungkin ekstrim putihnya," katanya.
Rachel menjelaskan, mencerahkan kulit wajah merupakan prosedur yang biasa, namun untuk mencerahkan seluruh badan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
"Apalagi kalau harus disuntikkan ke tubuh. Kita harus benar-benar tahu apa isi obatnya, karena ada dosisnya juga," ujar dokter dari RS.Bunda Menteng Jakarta ini.
Ia juga menyarankan agar kita tak mudah tergiur iming-iming instan memutihkan kulit. "Sekarang memang ada banyak metode, misalnya suntik DNA atau pakai obat herbal. Tapi literatur ilmiahnya masih kurang, jadi harus sangat hati-hati," paparnya.
Proses mencerahkan kulit, urai Rachel, dilakukan dengan menghambat pembentukan pigmen kulit. "Padahal pembentukan pigmen kulit terus menerus terjadi. Kalau terkena sinar matahari pembentukannya memang lebih banyak, fungsinya untuk melindungi tubuh dari risiko kanker," katanya.
Obsesi memiliki kulit putih, menurut Rachel justru berbahaya. "Hati-hati kalau ingin memutihkan kulit satu badan, risiko kanker kulitnya lebih tinggi, apalagi kita hidup di negara tropis," katanya.
Kulit putih seperti milik orang-orang di negara Barat, memiliki risiko kanker lebih tinggi. "Kalau kulit berwarna lebih terlindungi. Coba lihat orang Bule, kalau kena sinar matahari kulitnya bukan menghitam tapi jadi merah," ujarnya.
Karenanya orang yang sudah melakukan terapi pemutihan kulit harus ekstra hati-hati menjaga kulitnya dari paparan sinar matahari. "Harus pakai sunblock terus dan sebisa mungkin berada di dalam ruangan," katanya.
sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar